Lembaga sensor
menyatakan cerita ini telah lulus sensor jreng jreng jreng.... :D
Demi keselamatan, sebelum membaca
cerita ini anda disarankan mengikuti beberapa instruksi berikut:
1.
Alangkah baiknya jika anda didampingi orang tua (enya, encing, babeh,
entalah) karena cerita ini merupakan BO alias termasuk kategori Bimbingan Orang
tua.
2. Jangan terlalu serius membaca cerita ini mungkin anda akan kesurupan
hantu yang pengen ikutan baca juga, widih serem.
3. Jangan mengupil ketika membaca cerita ini karena dapat mengakibatkan
kebutaan.
4. Apabila anda baca via PC atau tangtop ekh laptop jangan membaca
sambil menempelkan muka anda pada layar/monitor, dihawatirkan muka anda akan
lumpuh total.
SELAMAT
MEMBACA.......
Cerita ini berawal ketika gue masih kelas 2 SMA waktu itu guru
olahraga gue memberitahukan bahwa akan ada ujian praktek renang sepulang
sekolah. Pengumuman ini begitu mendadak, sehingga gue musti pulang kerumah
untuk mengambil celana renang gue. Ekspresi wajah gue langsung berubah menjadi
lumpuh total ketika gue lupa bawa kunci rumah sewaktu berangkat sekolah. “mampus gue, gimana
caranya renang masa gue harus renang pake seragam SMA sih?” logika gue langsung
menyarankan supaya balik lagi kesekolah siapa tau gue bisa minjem kolor teman
gue. Setibanya di parkiran sekolah, gue langsung melihat Mardika (nama
disamarkan) sedang terburu-buru.
“Ka, gue pinjem
kolor donk!”
“Yeh, gue juga
pinjem sama Rizki (nama samaran) cuy.”
“Buruan woy udah di
tunggu sama Bu Kartika di tempat renang.”
Gue yang setengah panik lari ke arah sekumpulan teman gue, tapi
tidak satupun dari mereka yang punya kolor double. Akhirnya gue hanya bisa
menghela napas pasrah, tiba-tiba gue melihat segumpalan asap yang
perlahan-lahan membentuk suatu wujud aneh dengan sepasang tanduk lalu berbisik,
“nyolong jemuran tetangga aja cing.” jiah ya engga lakh ekhm serius kembali ke
topik, emang sempet berpikiran kesana sih . . . . tapi masa gue harus masuk
penjara plus muka benjol-benjol gara-gara nyolong jemuran widih gak elit
banget. Tiba-tiba Ina nepuk gue dari belakang.
“belum berangkat
jar?”
“belum na, gue
kayanya gabisa ikut renang deh.”
“lho kenapa?
“ gue lupa bawa
kunci rumah, jadi gak ada kolor deh.”
“oh yaudah pinjem
kolor gue aja tapi ambil dulu yuk ke rumah?”
“wah serrriusan,
ayuh.”
Ternyata Tuhan masih sayang sama gue uhuk-uhuk, gue nyengir lebar
saking senengnya liat Ina nunjukin kolor seakan dia tuh bidadari bersayap,
tanpa sadar kalau kolor yang Ina berikan ternyata motifnya kembang-kembang,
warna dasarnya putih dihiasi bunga-bunga yang berwarna pink. Senyuman gue pun
langsung menjadi rintihan kesedihan berjangka panjang. Semoga saja tuhan
mengampuni dosa Ina yang telah membunuh karakter gue.
“maaf jar gue cuma
punya yang motifnya gini doank maklum gue kan feminim hihi.”
“Iya na selow ja
(dalam hati: kenapa ga bilang dari tadi kalau kolornya. . . . haduh).
Tidak lama berselang hp gue berbunyi ternyata Mardika nelepon gue.
“buruan woy
anak-anak udah kumpul.” Sahut Dika
“kan mulainya juga
jam 2 kan? Masih ada se-jam lebih, selow aja.”
“jam 2 nenekmu jam
1 dodol, buruan!”
“perasaan jam 2
deh.” Sahut gue dengan meyakinkan. Percakapaan itu mungkin akan lebih sempurna
kalau tiba-tiba ada Ayu Ting-ting bilang duaaaaaaaaa dan gue pegang kecrekan
sambil joget-joget sarimi isi dua. . . . . sarimi. . . . sarimi isi kuda. . . . buahaha. Dengan
tergesa-gesa gue ngebonceng Ina sambil berharap motif kolornya akan luntur
kalau gue bawa ngebut tapi itu mustahil.

“Jar lu ko cuco
banget pake kolor itu keliatan maco gitu. Sahut Icha denagan cengengesan (nama
samaran)
“Akh sialan lo, gue
terpaksa pake kolor ini ca daripada gak dapet nilai hayo.”
“ beneran Jar lo
tuh keren banget gue aja langsung jatuh cinta kalau lo pake kolor ini.”
“ya ampun becanda
lo ga enak banget sumpah.” Akhirnya mereka mengejek gue tanpa henti. Gue hanya
bisa tertunduk lesu tidak berdaya.
“Anak-anak karena
ibu liat ternyata kalian belum pada siap untuk tes renang jadi ibu undur ujian
prakteknya jadi minggu depan tapi sekarang diharapkan kalian latihan terlebih
dahulu.”Sahut bu Kartika. Semua bersorak menyambut pengumuman ibu Kartika dan
tidak lama berselang satu persatu nyebur ke kolam renang. Mereka semua berlatih
renang gaya kupu-kupu dan gaya punggung karena materi yang akan di ujiankan
adalah dua teknik gaya renang tersebut. Gue masih kebingungan untuk
memperaktekan kedua teknik renang tersebut. Jujur seumur hidup, gue baru
nguasain gaya siput dan gaya batu jiahaha. Tiba-tiba Mardika temen senasib gue
nyamperin gue.
“Jar-jar liat itu
kan Linda, ko dia udah bisa renang sih? Padahal minggu kemarin kan masih
belajar.” Kata Mardika.
“iya ko rata-rata
cewe kalau belajar renang lebih cepet bisa yah? Sahut gue sambil keheranan.
“hmm, menurut teori
gue sih mungkin cewe punya dua pelampung kali ya. Sahut Mardika sambil memasang
muka so serius.
“hahahaha bener
juga tumben otak lu cerdas.” Sahut gue cengengesan. Seakan tidak mau kalah
dengan Linda akhirnya gue sekuat tenaga mencoba untuk menggerakan tangan gue
dan mengepak-ngepakan kaki, karena takut tenggelam gue angkat muka gue agar tidak terkena air
sehingga posisi tubuh gue tidak sejajar sehingga gerakan ini lebih mirip dengan
gaya guguk yang hanya keliatan mukanya saja ketimabang gaya kupu-kupu. Ketika
gue melaju dengan setengah berenang dan setengah tenggelam tiba-tiba kolor gue
kedodoran dan hampir hanyut gitu, gue benerin kolor dengan menariknya tapi. . .
. tapi. . . . . mana tali kolor gueeee? Gaswat mana banyak cewe lagi akhirnya
gue tahan kolor itu dengan kedua tangan gue supaya tidak kedodoran. Ok well jangan
panik coba cari mungkin tidak jauh dari sini atau mungkin juga hanyut ke tempat
penyaringan air aaraaaaggggh mampus gue. Dengan gerakan kaku gue meraba-raba
dengan kedua jari-jari kaki gue tapi nihil tenang-tenang stay cool satu-satunya
cara adalah nungguin mereka satu-persatu keluar dari kolam renang dengan begitu
gue bisa leluasa mencari tali kolor haha. Akhirnya gue diem hening dengan kedua
tangan memegangi kolor.
15 menit kemudian
>>>> masih diam terpaku.
25 menit kemudian
>>>> mulai geleng-geleng kepala
30 menit kemudian
>>>> titit gue mulai kedinginan araaagh
45 menit kemudian
>>>> tumbuh lumut, terserang kutu air, jamuran, keluar busa dari
mulut jiah sayangnya yang ini ga terjadi hahaha.
Karena gue hanya bengong mirip batu empang, sehingga menarik
perhatian Bu Kartika.
Bu Kartika: “Hey kamu, dari
tadi Ibu perhatiin bukannya latihan malah diem terus”
Gue: “anu Bu
kramm nih” (dengan posisi tangan memegang kolor)
Bu Kartika: “kram anunya?”
Gue; “enggga Bu
ekh iya”
Bu Kartika: “alesan saja kamu,
sini kamu!”
Akhirnya dengan terpaksa gue menghampiri Bu Kartika. Tiba-tiba dia
menekan kepala gue sehingga gue telem.
Bu Kartika: “pinter
beralasan yah kamu, bukannya belajar”
Gue : “tapi tapi
tali kolornya. . . . . kerebek kerebek. . . . ohok2.
Kayanya percuma gue jelasin baru juga mau ngomong udah di
telem-telemin. Tiba-tiba salah satu cewe
teriak-teriak ular ular. Semua keluar dari kolam renang. Gue dengan ekspresi
bingung antara milih mati atau malu ditertawain masih terdiam di kolam, belum sempat
ngambil keputusan suddenly Abdul
(tanpa nama samaran) dengan tampang sok keren nyebur dan telem nyari ular
setelah beberapa hitungan detik dia keluar syuuuuuut (percis kaya iklan shampo)
sambil megang benda hitam mirip ular dan ternyata itu tali kolor gue hahaha.
Gue pasang deh tali kolornya dan dengan raut wajah bahagia Gue naik ke
pelaminan ekh maksud gue keluar kolam renang tapi gue tewas bahagia dicaci maki
mereka semua. Gue jadi inget temen galau gue yang ngetwit : semua pasti akan bahagia pada waktunya
dan gue percaya itu.
6 komentar:
uooooh... gue mending bunur diri kalo begitu -_-
ya ampun :O (?)
kayak cerita warkop haha..
haha.. GOKILLL \m/
haha makasih :D
kolor kok minjem apa temen? kalo pinjam baju atau celana sih masih mending. tapi kok, ini yang berbentuk barang pribadi malah minjem ke temen? :o
Posting Komentar