SpongeBob SquarePants

I Owe Life to You ( Part 1 )


       “Wake up in peace” mungkin itulah yang gue rasakan ketika tersadar dari pengaruh obat bius. Perasaan damai, tenang dan nyaman, all i feel just like everything is fine, padahal gue sadar waktu itu setengah badan gue mati rasa dan tidak bisa digerakan tapi rasa cemas benar-benar terhapus dalam benak gue. Gue hanya bisa terbenam dalam kenyamanan sambil melihat ke atas atap dengan pandangan yang kosong. Sebenarnya lagi ngomongin apa sih? Sabar gan mendingan makan dulu sana ada mie sedap rasa ayam bawang buahahaha. Jadi gini ceritanya semua berawal jleeeeb flash back (maklum keseringan liat film ahahaha).
            Cerita berawal 13 jam kebelakang, hari itu adalah hari sabtu. Pasca ujian nasional dan pelulusan gue terlantar, tidak ada lagi kegitan rutinitas belajar di sekolah membuat gue merasakan kejenuhan yang amat sangat kronis. Lalu gue teringat ajakan temen gue, Agus untuk goes ke air terjun. Tanpa pikir panjang gue ke rumah Abdul. “Dul, Agus ngajak gue ke air terjun ngikut yu?” dengan sedikit memaksa akhirnya gue berhasil membujuk Abdul, sayangnya Angen dan Robi tidak bisa ikut. Kami berlima memang sahabat akrab. Persahabtan kami dimulai semenjak kelas 1 SMA.
            Setelah berkumpul di rumah Agus, kami pun langsung bergegas ke TKP. Sepanjang perjalanan riuh pikuk pepohonan dan segarnya udara mengiringi perjalanan kami  membuat pikiran gue  refresh dan terlupa akan segala masalah yang gue hadapi, itulah yang membuat gue suka bersentuhan dengan alam bebas. Medan yang kami lalui tidaklah semudah yang kami bayangkan. Banyaknya batu kerikil yang tajam dan ranting pepohonan yang manghalangi jalan memaksa kami harus berhati-hati but never mind semua itu akan terbayarkan nanti. Hujan pasti deras semalaman, jalanan pun penuh digenangi air, tak ayal gue terjatuh dan Abdul malah tertawa sambil meledek gue. “Huh dasar kucing rumahan, segitu juga jatuhnya pake berdarah segala.” Gue hanya bisa tersenyum sambil memegang hape dan memutar lagu Muse – undiclosed desires. Tidak lama berselang suara gemerick air dari kejauhan menandakan air terjun sudah dekat beta tak terlambat lagi ahahaha maksudnya saking senengnya gue lari tanpa memperdulikan jalanan yang terjal, licin dan sempit. Gue teriak-teriak saking takjubnya Oh God it’s so Amezzzzi. . . . . sreeeeet tiba-tiba gue terpeleset dari tebing gubraaag (masa gitu sih suaranya? ihiw) “heeeeepppp” untuk beberapa saat gue tidak bisa bernapas dan pandangan menjadi buyar.“ dalam kondisi setengah sadar terdengar suara cekikikan, sial bukannya nolongin gue tapi syukurlah gue masih hidup (ohok-ohok lebay). Gue duduk beberapa saat dan tersadar ketika melihat tulang jari kaki gue keluar merobek kulit gue. Keringat dingin bercucuran ketika pikiran gue berbisik-bisik hayo amputasi, amputasi, amputasi. “woy kaki gue patah tolongin gue heh!” seakan tidak percaya mereka tertawa terbahak-bahak. “Ga lucu nih parah, woy seriusan!” akhirnya mereka berdua turun untuk memastikan keadaan gue. “wah gus beneran parah nih, cepetan kasih tau Angen dan Robi!” sambil memikirkan cara untuk naik ke atas Abdul dengan tangkas menggendong gue. “lewat sana saja.” Sahut Agus. Tanpa pikir panjang Abdul langsung memanjat batu tebing sambil menggendong gue terus ada petani nanya “itu dapet monyet dari mana de?” mewek deh kalo beneran buahaha. Gue melihat kebawah “waduh bahaya juga kalau terjatuh semoga Abdul kuat ayo cemungud panjat terus. Akhirnya dengan susah payah kami berhasil sampai di atas. Perjalanan kami masih panjang mengingat rute yang kami tempuh sangat jauh dan kami harus berusaha minimal sampai di jalan raya (bersambung).
            

2 komentar:

Annisas mengatakan...

untung aa gak seberat Nisa hahahaha :D

Now You Know! mengatakan...

hahaha tapi masalahnya jalannya jauh kasian Abdul ngegendong ampe keringetan :D

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini